Gracias Por Visitar Aquí

Rabu, 07 November 2012

Cerpenku


MENULIKAN TELINGA DARI UCAPAN YANG MEMATIKAN
            

       Kehidupan yang dialami sekompok orang Pencinta Alam yang sedang mengakukan kegiatan Traveling. Namun, musibah pun datang menghampiri secara tiba-tiba. Dua orang bernama Anel dan Zani tergelincir dan jatuh ke dalam jurang yang cukup dalam. Teman-teman meraka hanya bisa menaruh kasihan, karena meraka tidak bisa menolong dua temannya itu. Bentuk medan yang tidak memungkinkan dan jurang itu terlalu dalam.
          Mereka hanya bisa bersedih dan menyeru kepada dua temannya yang terjebak ke dalam jurang untuk pasrah dengan kematian. Semua kenangan manis yang sudah mereka lewati bersama menjadi kenangan terindah untuk mereka. Karena sebesar apapun usaha yang mereka lakukan itu hanya sia-sia dan tak mampu menyelematkan diri mereka dan bergabung bersama teman-teman mereka lagi.
          Anel dan Zani tidak mendengarkan seruan dari teman-temannya yang ditujukan kepadanya. Mereka terus menaiki jurang itu untuk berusaha menyelamatkan diri dari jurang kematian. Akan tetapi usaha mereka sia-sia, mereka terjatuh dan tak bisa menaiki jurang itu. Bersamaan dengan itu, teman-temannya  terus menyeru agar mereka menghentikan usaha untuk menyelamatkan diri dari jurang dan menerima nasib dengan lapang dada. Akhirnya, Anel pun tersugesti dengan seruan teman-temannya, dia menyerah dan pasrah dengan keadaan walaupun kematian yang harus dia terima.
Namun, Zani tetap gigih berjuang dan berusaha menaiki jurang itu demi bisa bertahan hidup serta dapt berkumpul kembali bersama teman-temannya. Teman-temannya berteriak dan menyeru agar Zani menyerah saja dan menerima kematian dengan tenang, tetapi ia tak menghiraukan perkataan teman-temannya itu ia tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari jurang.
          Beberapa jam kemudian, akhirnya Zani sampai juga keatas jurang dan selamat. Semua teman-temannya gak percaya kalau Zani bisa selamat dan berkumpul dengan meraka lagi. Alangkah hebatnya ia bisa selamat dari jurang yang cukup dalam dan berusaha di atas seruan teman-temannya. Teman-temannya pun mengerumuninya dan Mobi bertanya kepadanya dengan penuh keheranan, “ Betapa hebatnya usaha yang kamu lakukan! Bagaimana kamu bisa naik ke atas dan berkumpul kembali bersama kita? Bagaimana kamu tidak putus asa, padahal kami teman-temanmu terus menyeru agar kamu pasrah dengan keadaan dan menyerah dari usahamu yang sia-sia untuk menyelamatkan diri? “
          Kemudian, Zani menceritakan kepada teman-temannya dengan nada ringan bahwa dirinya memiliki sedikit gangguan dalam pendengaran. Ia tidak bisa mendengar dengan baik apa yang teman-temannya serukan, saat dirinya berada dalam jurang. Selain gangguan pendengaran yang di alaminya, jarak dari jurang ke atas yang cukup dalam juga membuat seruan teman-temannya makin tidak jelas.
          Seruan teman-temannya tidak dapat terdengar dengan baik sehinnga dirinya tidak terpengaruh oleh seruan itu. Bahkan sebaliknya, ia mengira bahwa seruan dan jeritan dari teman-temannya itu adalah sebuah support terhadap dirinya, agar dirinya tidak menyerah dan tetap berusaha untuk menyelamatkan diri. Dan hal inilah yang membuatnya tambah semangat dan perjuang keras untuk bisa selamat dari jurang itu.
          Dan akhirnya Zani dapat tetap hidup, berkumpul dengan teman-temannya dan melanjutkan perjalan mereka meski mereka merasa kehilangan atas kematian Anel di jurang itu. Tetapi mereka tidak berhenti disitu untuk meratapi musibah ini. Mereka tetap bangkit dan menerima pelajaran yang besar atas musibah tadi. Bahwa menulikan telinga dari ucapan-ucapan yang mematikan dapat menumbuhkan semangat dan usaha yang sangat besar sehingga kita dapat menerima hasil yang lebih baik daripada kita mendengarkan ucapan-ucapan yang dapat membunuh diri kita sendiri.




By..Nella Elfaziarni







Tidak ada komentar:

Posting Komentar