MENULIKAN TELINGA DARI UCAPAN YANG MEMATIKAN
Kehidupan
yang dialami sekompok orang Pencinta Alam yang sedang mengakukan kegiatan
Traveling. Namun, musibah pun datang menghampiri secara tiba-tiba. Dua orang
bernama Anel dan Zani tergelincir dan jatuh ke dalam jurang yang cukup dalam.
Teman-teman meraka hanya bisa menaruh kasihan, karena meraka tidak bisa
menolong dua temannya itu. Bentuk medan yang tidak memungkinkan dan jurang itu
terlalu dalam.
Mereka hanya bisa bersedih dan menyeru
kepada dua temannya yang terjebak ke dalam jurang untuk pasrah dengan kematian.
Semua kenangan manis yang sudah mereka lewati bersama menjadi kenangan terindah
untuk mereka. Karena sebesar apapun usaha yang mereka lakukan itu hanya sia-sia
dan tak mampu menyelematkan diri mereka dan bergabung bersama teman-teman mereka
lagi.
Anel dan Zani tidak mendengarkan
seruan dari teman-temannya yang ditujukan kepadanya. Mereka terus menaiki
jurang itu untuk berusaha menyelamatkan diri dari jurang kematian. Akan tetapi
usaha mereka sia-sia, mereka terjatuh dan tak bisa menaiki jurang itu.
Bersamaan dengan itu, teman-temannya
terus menyeru agar mereka menghentikan usaha untuk menyelamatkan diri
dari jurang dan menerima nasib dengan lapang dada. Akhirnya, Anel pun
tersugesti dengan seruan teman-temannya, dia menyerah dan pasrah dengan keadaan
walaupun kematian yang harus dia terima.
Namun,
Zani tetap gigih berjuang dan berusaha menaiki jurang itu demi bisa bertahan
hidup serta dapt berkumpul kembali bersama teman-temannya. Teman-temannya
berteriak dan menyeru agar Zani menyerah saja dan menerima kematian dengan
tenang, tetapi ia tak menghiraukan perkataan teman-temannya itu ia tetap
berusaha untuk menyelamatkan diri dari jurang.
Beberapa jam kemudian, akhirnya Zani
sampai juga keatas jurang dan selamat. Semua teman-temannya gak percaya kalau
Zani bisa selamat dan berkumpul dengan meraka lagi. Alangkah hebatnya ia bisa
selamat dari jurang yang cukup dalam dan berusaha di atas seruan
teman-temannya. Teman-temannya pun mengerumuninya dan Mobi bertanya kepadanya
dengan penuh keheranan, “ Betapa hebatnya usaha yang kamu lakukan! Bagaimana
kamu bisa naik ke atas dan berkumpul kembali bersama kita? Bagaimana kamu tidak
putus asa, padahal kami teman-temanmu terus menyeru agar kamu pasrah dengan
keadaan dan menyerah dari usahamu yang sia-sia untuk menyelamatkan diri? “
Kemudian, Zani menceritakan kepada
teman-temannya dengan nada ringan bahwa dirinya memiliki sedikit gangguan dalam
pendengaran. Ia tidak bisa mendengar dengan baik apa yang teman-temannya
serukan, saat dirinya berada dalam jurang. Selain gangguan pendengaran yang di
alaminya, jarak dari jurang ke atas yang cukup dalam juga membuat seruan
teman-temannya makin tidak jelas.
Seruan teman-temannya tidak dapat
terdengar dengan baik sehinnga dirinya tidak terpengaruh oleh seruan itu. Bahkan
sebaliknya, ia mengira bahwa seruan dan jeritan dari teman-temannya itu adalah
sebuah support terhadap dirinya, agar dirinya tidak menyerah dan tetap berusaha
untuk menyelamatkan diri. Dan hal inilah yang membuatnya tambah semangat dan
perjuang keras untuk bisa selamat dari jurang itu.
Dan akhirnya Zani dapat tetap hidup,
berkumpul dengan teman-temannya dan melanjutkan perjalan mereka meski mereka
merasa kehilangan atas kematian Anel di jurang itu. Tetapi mereka tidak
berhenti disitu untuk meratapi musibah ini. Mereka tetap bangkit dan menerima
pelajaran yang besar atas musibah tadi. Bahwa menulikan telinga dari
ucapan-ucapan yang mematikan dapat menumbuhkan semangat dan usaha yang sangat
besar sehingga kita dapat menerima hasil yang lebih baik daripada kita
mendengarkan ucapan-ucapan yang dapat membunuh diri kita sendiri.
By..Nella Elfaziarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar